Senin, 27 Juni 2016

Penemuan Unsur atau Senyawa Terbaru yang Berguna Bagi Kehidupan

Selama ini penyakit HIV-AIDS adalah penyakit yang dianggap paling mengkhawatirkan dan mematikan yang ada di dunia ini, salah satu sebabnya ialah belum ada obat ampuh untuk mengatasi penyakit ini. Oleh sebab itu langkah-langkah sosialisasi pencegahan dan penelitian untuk meghadapi penyakit ini pun dilakukan dimana-dimana di seluruh penjuru dunia serta mendapat dukungan dari banyak pihak.

Beberapa waktu yang lalu dunia dikejutkan dengan penemuan sejenis senyawa untuk penangkalnya. Seperti penemuan besar lainnya dalam sejarah, pada banyak kasus ditemukan secara tidak sengaja, maka demikianlah juga adanya dengan penemuan senyawa anti HIV-AIDS ini. Ketidaksengajaan ini dilakukan oleh seorang asisten profesor yang sedang melakukan penelitian di dalam laboratoriumnya, sehingga menyita perhatian dunia.

HIV-AIDS (Human Imunodeficiency Virus-Acquired Immune Deficiency Sydrome) adalah sejenis penyakit yang menyebabkan hilangya kekebalan tubuh seseorang. Ketika kondisi kesehatan kita menurun ataupun ketika kita sedang dalam kadaaan lelah, dengan mudah kondisi tubuh kita terasa lemah dan jatuh sakit. Bisa dibayangkan bila kita hidup tanpa ada imun ataupun kekebalan tubuh terhadap penyakit. Penderita yang mengidap penyakit ini seakan-akan tidak memiliki harapan untuk hidup, karena sistem kekebalan tubuhnya sudah lemah ataupun sudah rusak sehingga sangat mudah terserang penyakit.

Informasi dari Wikipedia menyebutkan para ilmuwan berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika-Sub-Sahara. Diperkirakan AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak dilaporkan tanggal 5 Juni 1981 dan penularannya penyakit ini juga dapat terjadi melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran glukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan pereseminal, dan air susu ibu, hubungan intim (vagina, anal maupun oral), tranfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui serta kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.

Penyakit ini disebabkan oleh sejenis virus. Zhilei Chen, seorang asisten profesor dari Universitas AM Texas, Amerika Serikat, secara tidak sengaja menemukan senyawa yang mampu menghancurkan virus Human Imunodeficiency Virus (HIV). Virus yang menyebabkan penyakit AIDS tersebut akan mengalami kehancuran material genetiknya ketika diberikan senyawa yang bernama Pd 404.182. Senyawa itu menghancurkan material genetik virus HIV dengan merusak RNA-nya, sehingga sulit berkembangbiak dan akhirnya tidak dapat menginfeksi manusia (metrotvnews.com).

Dan juga penemuan yang lainnya, yaitu tanaman geranium (Pelargonium sp.) umumnya dimanfaatkan sebagai anti nyamuk. Namun sebuah studi baru dari German Research Centre for Environmental Health di Munich mengindikasikan, tanaman ini juga dapat menjadi kunci pengobatan generasi baru HIV.

Studi tersebut menemukan, ekstrak dari tanaman geranium memiliki kemampuan untuk menginaktivasi HIV-1 dan mencegah virus untuk masuk ke sel manusia. Seperti yang diketahui, HIV dibagi menjadi dua tipe, yaitu HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 merupakan tipe yang paling bertanggung jawab atas kasus AIDS.

Para peneliti mengatakan, ekstrak dari tanaman geranium berpotensi menjadi pengobatan baru AIDS karena mengandung senyawa anti-HIV-1 kelas baru. Khususnya pada bagian akar, tanaman geranium mengandung senyawa yang menyerang HIV-1 dan mencegah virus untuk berreplikasi dalam tubuh manusia.

Mereka juga menemukan, senyawa tersebut dapat melindungi darah dan sel imun dari infeksi virus. Caranya yaitu dengan menahan partikel HIV pada sel manusia, sehingga secara efisien mencegah virus tersebut masuk ke dalam sel.

Sejumlah uji klinis telah menunjukkan bahwa tanaman tersebut aman digunakan pada manusia. Bahkan di Jerman, tanaman tersebut sudah mendapatkan izin penggunaan sebagai obat herbal.

Ketua studi Profesor Ruth Brack-Werner mengatakan, ekstrak geranium sangat menjanjikan sebagai pengembangan pengobatan yang berasal dari tumbuhan, khususnya untuk melawan HIV-1. "Ekstrak melawan HIV-1 dengan cara yang berbeda dengan obat-obat HIV-1 sebelumnya dalam penggunaan klinis, sehingga ekstrak pun bisa dikatakan sebagai jenis terapi yang bernilai," jelas Brack-Werner.

Menurut dia, ekstrak geranium merupakan kandidat yang menjanjikan untuk perbaikan pilihan pengobatan anti-HIV-1. Bahkan ekstrak memiliki beberapa keunggulan, antara lain menggunakan sumber daya terbatas, mudah diproduksi, dan tidak butuh pendinginan.

"Selanjutnya, kami harus menguji keamanannya sebagai pengobatan HIV-1 pada manusia," ujarnya.

Menurut WHO, lebih dari 35 juta orang di dunia terinfeksi HIV, khususnya HIV-1. Tanpa terapi, HIV dapat merusak sistem imun yang kelamaan menjadi AIDS. Kondisi tersebut diketahui mematikan karena pasien sangat mudah terkena penyakit lainnya.

Bagi penderita HIV-AIDS jangan bergembira dahulu, karena butuh waktu agar obat anti HIV-AIDS yang sebenarnya diciptakan. Hal ini tentunya harus menunggu pengembangan-pengembangan dari penemuan senyawa tersebut agar bisa diberikan kepada manusia, terutama bagi para penderitanya yang tersebar di seluruh dunia. Setidaknya ada tiga tahap yang harus dilalui sebelum senyawa (obat) tersebut digunakan masyarakat luas, yaitu 3 hingga 4 tahun harus diujicobakan pada hewan. Kemudian pada 4 hingga 5 tahun harus diujicobakan pada relawan manusia, lalu 2 tahun hingga 3 tahun untuk proses registrasi, sebelum akhirnya diproduksi dalam jumlah banyak (metrotvnews.com).

Harapan kita semua, terutama bagi penderita HIV-AIDS agar dapat sembuh dan dapat hidup normal lagi, dengan kabar ini mungkin akan memberikan sedikit angin segar bagi mereka para psakitan dan kita masyarakat pada umumnya. Tapi penulis mengkhawatirkan pola prilaku sosial manusia akan “menjadi-jadi” jika penemuan itu berhasil menciptakan obat anti HIV-AIDS. Kita semua tahu bahwasanya salah satu penularan penyakit tersebut adalah melalui hubungan kelamin, terutama hubungan kelamin yang sering bertukar pasangan ataupun melalui “sex bebas“. Tentunya hal tersebut tidak lain karena terciptanya gaya hidup bebas dalam segala hal, termasuk dalam hubungan sex. Nah jika sekarang masih banyak yang mengkhawatirkan ataupun takut jika menjalankan gaya hidup bebas tersebut, konon lagi jika obat tersebut berhasil diciptakan, maka mungkin tidak akan ada lagi kekhawatiran akan penyakit tersebut. Hal ini akan membawa kepada dekadensi moral dan kekacauan kemanusiaan. Dimana sekarang kita melihat saat obat penangkal untuk penyakit tersebut belum berhasil ditemukan, dimana masih banyak kekhawatiran akan terjangkitnya penyakit tersebut, tetapi masih banyak pergaulan sex bebas dan hubungan diluar nikah terjadi, baik di dunia barat, atau di daerah kita sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar