Seperti bulan, di dasar tiap kata
kunikmati sepi dengan mengubah
benda-benda jadi bayangan.
Kuingin setiap cahaya tersenyum melihatku sendiri.
Kuingin tiada apapun mampu menampung dan
menjangkau kesedihanku.
Kejahatan ada dimana-mana.
Di kota-kota atau kata-kata,
atau pada segala sesuatu yang kau sebut kita.
Dalam betuknya yang paig sempurna,
dia bernama kebahagiaan.
Akan selalu kutemukan diriku
bersedih dan jatuh cinta kepada
laut yang memisahkan diri dari
puisi dan orang-orang kota yang gemar berlibur
Aku mengajari diriku berenang dan menjadi kuat.
*Berkali-kali kau hadiri pemakaman
semata demi memastikan kematianku
Setelah mati, aku hidup sebagai
hewan peliharaan yang selalu tak mau
kau sangkarkan atau kebiasaan buruk yang
tak mampu kau singkirkan.
Sesekali aku menjadi puisi cerewet
seperti ini untuk meyakinkanmu
kau selalu cantik bahkan saat tidur
dipelukkan orang asing
Saat bersedih. Saat jauh dari jangkauan
senyum siapapun
Di luar ingatanmu, semua orang adalah orang asiing.
Selalu ada puisi tentang kau.
Telah ku hapus selalu dan tentang di kalimat sebelum ini
Ku ingin tak ada sesuatu yang butuh di seberangi
diantara kau dan puisi
Kata-kata selalu bunuh diri dan tumbuh sekali lagi jadi puisi
Puisi membayangkan tidurmu
gelisah atau tangamu teriris
saat memotong sayuran atau
kau bersedih kucingmu yang mengenakan nama dewa mati
digerogoti virus atau anak tetangga
memecahkan kaca jendelamu
karena dia penasaran dan mau atau kau
menangis menyadari senyummu selembar uang palsu
Puisi bertamu ke dalam dirimu
dia datang dari hal-hal sederhana.
Dari bahaya. Dari pikiran-pikiran yang menolak waspada
Dan kau kau jatuh cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar